Pelukis, penulis esai, kritikus sastra
Sunda, dosen seni rupa IKIP Bandung. Lahir di Garut pada 18 Desember
1926 dan meninggal pada 29 Januari 2000. Minatnya kepada seni lukis
tumbuh karena pengaruh abangnya, Angkama, seorang guru guru gambar
HIS, beranjak dewasa dibimbing oleh Hendra Gunawan dan Barli
Samitawinata.
Bersama dengan kedua orang gurunya itu,
Popo sering keluar masuk lorong dan perkampungan Bandung dan
sekitarnya. Dalam proses melukis, Popo merasa lebih dekat dengan Hendra
yang sifatnya terbuka, pandai bergaul dan memiliki rasa humor
yang segar. Pada masa revolusi, Popo menggabungkan diri dengan TRIP. Dia
menamatkan SMP di pengungsian. Setelah ada pengumuman Wakil Presiden
Moh. Hatta yang memperkenankan para pegawai sipil bekarja pada
pemerintahan negara federal, Popo kembali ke Bandung. Dia bermaksud
mendalami seni lukis melalui pendidikan formal, pada jurusan Seni Rupa.
Tamat tahun 1958. Penulisan skripsi untuk memenuhi tugas
kesarjanaan, menyebabkan ia menulis esai dan kritik yang di antaranya
dimuat dalam majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya (Yogyakarta).
Pada mulanya lukisan Popo,
terpengaruh oleh gurunya, Ries Mulder, orang Belanda yang mengajar di
Juruan Seni Rupa dan cenderung berkiblat pada mazhab kubisme dan
abstrak. Tetapi pengaruh realisme Hendra Gunawan pun tetap kuat. Dalam
perkembangan selanjutnya, Popo menemukan gaya sendiri. Kegemarannya
melukis kucing, menyebabkan ia sering diberi julukan "pelukis kucing".
Dia melukiskan kegarangan, kemalasan, kelucuan, daya magis dan
sifat-sifat lain yang dia lihat ada pada kucing. Dengan garis-garis yang
sugestif dan warna yang hanya dua-tiga macam saja, dia
mengungkapkan sifat-sifat kucing. Tetapi sebenarnya ia tidak hanya
melukis kucing. Binatang lain dan motif lain pun banyak dia lukis
seperti batu-batuan, lautan, kebun bambu, bunga, ayam, banteng, harimau,
dll. Karya-karyanya seperti dapat dibagi dalam berbagai periode sesuai
dengan motif yang banyak dia lukis, seperti periode jambangan bunga,
periode kebun bambu, periode batu-batuan, periode lautan, periode
kucing, periode ayam, dll.
Popo sering menyelenggarakan
pameran, baik tunggal maupun bersama dengan yang lain, baik dalam negeri
maupun di luar negeri. Pada tahun 1960, Popo terpilih sebagai Ketua BPB
Kiwari Bandung yang aktif menyelenggarakan diskusi dan pertunjukan
kesenian tradisional. Waktu pembentukan PPSS Popo menjadi salah seorang
pendiri dan duduk sebagai anggota pengurus yang pertama, bertugas
menilai calon anggota. Pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi
anggota Akademi Jakarta yang bertugas antara lain menyusun calon anggota
Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam bidang
kebudayaan kepada Gubernur DKI Jakarta. Sehubungan dengan genapnya
usia Affandi 70 tahun, Akademi Jakarta menugaskan Popo menulis buku
tentang Affandi. Hasilnya adalah Affandi: Suatu jalan Baru dalam Realisme (Jakarta, 1977). Popo menjadi anggota tim penyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Kebudayaan Depdikbud (Jakarta, 1982), Naskahnya yang lain: Seni Lukis Indonesia pra-Persagi.
Sumber : http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2414/Popo-Iskandar
Pelukis, penulis esai, kritikus sastra
Sunda, dosen seni rupa IKIP Bandung. Lahir di Garut pada 18 Desember
1926 dan meninggal pada 29 Januari 2000. Minatnya kepada seni lukis
tumbuh karena pengaruh abangnya, Angkama, seorang guru guru gambar
HIS, beranjak dewasa dibimbing oleh Hendra Gunawan dan Barli
Samitawinata.
Bersama dengan kedua orang gurunya itu,
Popo sering keluar masuk lorong dan perkampungan Bandung dan
sekitarnya. Dalam proses melukis, Popo merasa lebih dekat dengan Hendra
yang sifatnya terbuka, pandai bergaul dan memiliki rasa humor
yang segar. Pada masa revolusi, Popo menggabungkan diri dengan TRIP. Dia
menamatkan SMP di pengungsian. Setelah ada pengumuman Wakil Presiden
Moh. Hatta yang memperkenankan para pegawai sipil bekarja pada
pemerintahan negara federal, Popo kembali ke Bandung. Dia bermaksud
mendalami seni lukis melalui pendidikan formal, pada jurusan Seni Rupa.
Tamat tahun 1958. Penulisan skripsi untuk memenuhi tugas
kesarjanaan, menyebabkan ia menulis esai dan kritik yang di antaranya
dimuat dalam majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya (Yogyakarta).
Pada mulanya lukisan Popo,
terpengaruh oleh gurunya, Ries Mulder, orang Belanda yang mengajar di
Juruan Seni Rupa dan cenderung berkiblat pada mazhab kubisme dan
abstrak. Tetapi pengaruh realisme Hendra Gunawan pun tetap kuat. Dalam
perkembangan selanjutnya, Popo menemukan gaya sendiri. Kegemarannya
melukis kucing, menyebabkan ia sering diberi julukan "pelukis kucing".
Dia melukiskan kegarangan, kemalasan, kelucuan, daya magis dan
sifat-sifat lain yang dia lihat ada pada kucing. Dengan garis-garis yang
sugestif dan warna yang hanya dua-tiga macam saja, dia
mengungkapkan sifat-sifat kucing. Tetapi sebenarnya ia tidak hanya
melukis kucing. Binatang lain dan motif lain pun banyak dia lukis
seperti batu-batuan, lautan, kebun bambu, bunga, ayam, banteng, harimau,
dll. Karya-karyanya seperti dapat dibagi dalam berbagai periode sesuai
dengan motif yang banyak dia lukis, seperti periode jambangan bunga,
periode kebun bambu, periode batu-batuan, periode lautan, periode
kucing, periode ayam, dll.
Popo sering menyelenggarakan
pameran, baik tunggal maupun bersama dengan yang lain, baik dalam negeri
maupun di luar negeri. Pada tahun 1960, Popo terpilih sebagai Ketua BPB
Kiwari Bandung yang aktif menyelenggarakan diskusi dan pertunjukan
kesenian tradisional. Waktu pembentukan PPSS Popo menjadi salah seorang
pendiri dan duduk sebagai anggota pengurus yang pertama, bertugas
menilai calon anggota. Pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi
anggota Akademi Jakarta yang bertugas antara lain menyusun calon anggota
Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam bidang
kebudayaan kepada Gubernur DKI Jakarta. Sehubungan dengan genapnya
usia Affandi 70 tahun, Akademi Jakarta menugaskan Popo menulis buku
tentang Affandi. Hasilnya adalah Affandi: Suatu jalan Baru dalam Realisme (Jakarta, 1977). Popo menjadi anggota tim penyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Kebudayaan Depdikbud (Jakarta, 1982), Naskahnya yang lain: Seni Lukis Indonesia pra-Persagi.
Sumber : http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2414/Popo-Iskandar