Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata
“Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut
kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah
mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai
seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
Dalam pergulatan mengenai asal muasal kriya Prof. Dr. Seodarso Sp
dengan mengutif dari kamus, mengungkapkan “perkataan kriya memang belum
lama dipakai dalam bahasa Indonesia; perkataan kriya itu berasal dari
bahasa Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti; pekerjaan;
perbuatan, dan dari kamus Winter diartikan sebagai ‘demel’ atau membuat”. (Prof. Dr. Soedarso Sp, dalam Asmudjo J. Irianto, 2000)
Sementara menurut Prof. Dr. I Made Bandem kata “kriya” dalam bahasa
indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa
Inggris disebut craft berarti energi atau kekuatan. Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Dari tiga uraian ini dapat ditarik satu kata kunci yang dapat
menjelaskan pengertian kriya adalah; kerja, pekerjaan, perbuatan, yang
dalam hal ini bisa diartikan sebagai penciptaan karya seni yang didukung
oleh ketrampilan (skill) yang tinggi.
Seperti telah disinggung diawal bahwa istilah kriya digali khasanah
budaya Indonesia tepatnya dari budaya Jawa tinggi (budaya yang
berkembang di dalam lingkup istana pada sistem kerajaan). Denis Lombard
dalam bukunya Nusa Jawa: Silang budaya, menyatakan ‘istilah kriya yang
diambil dari kryan menunjukkan pada hierarki strata pada masa
kerajaan Majapahit, sebagai berikut; “Pertama-tama terdapat para mantri,
atau pejabat tinggi serta para arya atau kaum bangsawan, lalu para kryan yang
berstatus kesatriya dan para wali atau perwira, yang tampaknya juga
merupakan semacam golongan bangsawan rendah’. (Denis Lombard dalam Prof.
SP. Gustami, 2002)
Menyimak pendapat Prof. SP. Gustami yang menguraikan bahwa; seni
kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman
kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya
dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan
kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni
masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang
sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang
tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas.
Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan
pembuatnya.
Lebih lanjut Prof. SP. Gustami menjelaskan perbedaan antara kriya dan
kerajinan dapat disimak pada keprofesiannya, kriya dimasa lalu yang
berada dalam lingkungan istana untuk pembuatnya diberikan gelar Empu. Dalam perwujudannya sangat mementingkan nilai estetika dan kualitas skill. Sementara kerajinan yang tumbuh di luar lingkungan istana, si-pembuatnya disebut dengan Pandhe.
Perwujudan benda-benda kerajinan hanya mengutamakan fungsi dan kegunaan
yang diperuntukkan untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat
(rakyat). (Prof. SP. Gustami, 2002) Pengulangan dan minimnya pemikiran
seni ataupun estetika adalah satu ciri penanda benda kerajinan.
Pemisahan yang berdasarkan strata atau kedudukan tersebut
mencerminkan posisi dan eksistensi seni kriya di masa lalu. Seni kriya
bukanlah karya yang dibuat dengan intensitas rajin semata, di dalamnya
terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill yang
tinggi. Sedangkan kerajinan tumbuh atas desakan kebutuhan praktis
dengan mempergunakan bahan yang tersedia dan berdasarkan pengalaman
kerja yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Kembali ditegaskan oleh Prof. SP. Gustami: seni kriya adalah karya
seni yang unik dan punya karakteristik di dalamnya terkandung
muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus
fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya didukung craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (Prof. SP.Gustami, 1992:71).
Uraian tadi menyiratkan bahwa kriya merupakan cabang seni yang
memiliki muatan estetik, simbolik dan filosofis sehingga menghadirkan
karya-karya yang adiluhung dan munomental sepanjang jaman. Praktek kriya
pada masa lalu dibedakan dari kerajinan, kriya berada dalam lingkup
istana (kerajaan) pembuatnya diberi gelar Empu. Sedangkan kerajinan yang
berakar dari kata “rajin” berada di luar lingkungan istana, dilakoni
oleh rakyat jelata dan pembuatnya disebut pengerajin atau pandhe.
Dari beberapa pendapat yang telah dibahas sebelumnya menjelaskan
bahwa wujud awal seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai
(terapan). Praktek seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat
barang-barang fungsional, baik ditujukan untuk kepentingan keagamaan
(religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti;
perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada dari
artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada jaman batu serta
peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada jaman logam berupa;
nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan seperti; gelang,
kalung, cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi
upacara ritual adat (suku) serta kegiatan ritual yang bersifat
kepercayaan seperti; penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Masuknya agama Hindu dan Budha memberikan perubahan tidak saja dalam
hal kepercayaan, tetapi juga pada sistem sosial dalam masyarakat.
Struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta menimbulkan tingkatan
status sosial dalam masyarakat. Masuknya pengaruh Hindu–Budha di
Indonesia terjadi akibat asimilasi serta adaptasi kebudayaan Hindu-Budha
India yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta Hindu-Budha dari India
dengan kebudayaan prasejarah di Indonesia. Kedua sistem keagamaan ini
mengalami akulturasi dengan kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di
Indonesia yaitu pengkultusan terhadap arwah nenek moyang, dan
kepercayaan terhadap spirit yang ada di alam sekitar. Kemudian kerap
tumpang tindih dan bahkan terpadu ke dalam pemujaan-pemujaan sinkretisme
Hindu-Budha Indonesia. (Claire Holt diterjemahkan oleh RM. Soedarsono,
2000)
Tumbuh dan berkembangnya kebudayan Hindu-Budha di Indonesia kemudian
melahirkan kesenian berupa seni ukir dengan beraneka ragam hias, dan
patung perwujudan dewa-dewa. Dalam sistem sosial kemudian lahir sistem
pemerintahan kerajaan yang berdasarkan kepada kepercayaan Hindu seperti
kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan
Tarumanagara di Jawa Barat, Mataram Kuno Jawa Tengah. Hingga kerajaan
Majapahit di Jawa Timur dengan maha patih Gajah Mada yang tersohor, yang
kemudian membawa pengaruh Hindu ke Bali. Seni ukir tradisional masih
diwarisi hingga saat ini.
Peran seni kriyapun menjadi semakin berkembang tidak saja sebagai
komponen dalam hal kepercayaan/agama, namun juga menjadi konsumsi
golongan elit bangsawan yaitu sebagai penanda status kebangsawanan.
Kondisi tersebut menjadikan kriya sebagai seni yang bersifat elitis
karena menduduki posisi terhormat pada masanya, berbeda dengan kerajinan
yang cenderung tumbuh pada kalangan masyarakat biasa atau golongan
rendah.
Akan tetapi keadaannya berbeda pada masa modern, dimana tingkatan
sosial seperti pada masa kerajaan yang disebut “kasta” sudah tidak lagi
eksis. Kalaupun ada tingkatan sosial kini tidak lagi berdasarkan “kasta”
atau kebangsawanan yang dimiliki oleh seseorang, akan tetapi kemapanan
ekonomi kini menjadi penanda bagi status seseorang. Artinya tarap
ekonomi yang dimiliki seseorang dapat membedakan posisi mereka dari
orang lain, secara sederhana kekuasan sekarang ditentukan oleh kemampuan
ekonomi yang dimiliki seseorang. Dalam sistem masyarakat modern
kondisinya telah berubah kaum elit yang dulunya ditempati oleh kaum
bangsawan (ningrat), sekarang digantikan kalangan konglomerat (pemilik
modal). Kondisi ini membawa dampak bagi pada posisi kriya, karena kini
kriya mulai kehilangan struktur sosial yang menopang eksistensinya
seperti pada masa lalu.
Situasi ini menjadikan kriya tidak lagi menjadi seni yang spesial
karena posisi terhormatnya di masa lalu kini sudah terancam tidak eksis
lagi, kriya kini menjadi sebuah artefak warisan masa lalu. Terlebih lagi
dalam industri budaya seperti sekarang kedudukan kriya kini tidak lebih
sebagai obyek pasar, yang diproduksi secara masal dan diperjualbelikan
demi kepentingan ekonomi. Kriya kini mengalami desakralisasi dari posisi
yang terhormat di masa lalu, yang adiluhung merupakan artefak yang
tetap dihormati namun sekaligus juga direduksi dan diproduksi secara
terus-menerus.
Kehadiran kriya pada jenjang pendidikan adalah sebuah upaya
mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, untuk menjadikannya sebagai
seni yang masih bisa eksis dan terhormat sekaligus mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan jaman. Inilah tugas berat insan kriya kini.
Dalam perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman, konsep
kriyapun terus berkembang. Perubahan senantiasa menyertai setiap gerak
laju perkembangan zaman, praktek seni kriya yang pada awalnya sarat
dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya khususnya di akademis
seni kriya mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini
menjelma menjadi hanya pajangan semata dengan kata lain semata-mata seni
untuk seni. Pergerakan ini kemudian melahirkan kategori-kategori dalam
tubuh kriya, kategori tersebut antara lain kriya seni, dan desain kriya.
MACAM-MACAM SENI KERAJINAN
1. SENI KERAJINAN TANGAN
PENGERTIAN SENI KERAJINAN TANGAN
Cabang kesenian ini pada dasarnya memprioritaskan kepada keterampilan tangan dalam bentuk benda hasil kerajinan. Hal kerajinan tangan
mencakup unsur-unsur bordir, renda, seni lipat,seni dekoratif, serta
seni yang menekankan keterampilan tangan. Seni dan pengetahuan lain
dapat dipahami dan diketahui oleh pembaca dalam upaya pengembangan
kepribadian dan keanekaragaman. Dalam suatu kehidupan akan terasa hambar
dan gersang apabila kita tidak memiliki kesenian. Kesenian dapat
menyempitkan aspek budaya dan memperluas cakrawala serta keanekaragaman
pengetahuan seseorang. Secara aktual kesenian yang ada berwujud musik,
rupa, teater, dan tari secara multilingual, multikultural, dan
multidimensional.
Pada akhir ulasan ini dapat diakumulasi, mana
cabang seni yang paling kalian senangi. Coba berilah contoh salah satu
cabang seni yang paling kamu senangi dalam bentuk karya seni yang pernah
kalian buat atau kalian kenali.
Kegiatan kesenian yang terbungkus dalam pembuatan
seni berupa karya seni berhubungan dengan refleksi ide-ide, dan
tindakan-tindakan yang terkait dengan proses berkesinambungan.
Kegiatan
seni melibatkan beberapa aspek multilingual, multikultural dan
multidimensional mampu menjangkau secara luas atas beberapa hal yakni.
- Menyiapkan pendidikan yang sejajar,
- Mengembangkan pengetahuan berbagai budaya
- Memberikan nilai masyarakat, Mengenalkan budaya dalam dunia pendidikan, serta,
- Membantu pendidik dan terdidik mengembangkan perspektif multibudaya.
Dalam ranah khusus, konsep pengembangan
kewirausahaan menjadi konsep dasar pengembangan penulisan buku ini.
Sebagai bahan kajian, jawaban yang integral dapat menjembatani lahirnya
pengembangan kewirausahaan ke dalam pendidikan model profesional. Model
ini digunakan dalam pendidikan untuk mencetak profesionalisme penari
yang berkualitas, memiliki kompetensi, memiliki kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan profesionalismenya baik di depan umum maupun d
lingkup pendidikan formal yang dimiliki.
Model
profesional sebagai alat pengemban pendidikan di dalamnya memiliki
indikator yang dapat menjadi arah pelaku seni yang kompeten terhadap
penciptaan seni dan seperangkat keahlian dalam gaya, teknik, dan
metodologi yang dapat digunakan sebagai pendekatan keahlian yang
diterapkan. Konsep profesional ini dibekali dengan ide yang dibalut
kerja kreatif, jadwal terprogram, serta proses penuangan yang dilandasi
oleh profesionalisme sehingga pengalaman ke depan menjadi semakin
terasah. Penekanan kerja mandiri dan tindak kreatif yang terstruktur
menjadi kemampuan profesional menjadi semakin bertumpu pada landasan
yang kuat dan memadai. Dengan demikian proses ke depan terjadi simulasi
yang mengerucut dan mampu menjadikan seseorang yang mempelajari dengan
konsep profesional dapat menciptakan kewirausahaan secara jelas. Di sini
dibutuhkan penempaan yang memiliki landasan basis profesional sehingga
diharapkan memenuhi kebutuhan seorang profesional menjadi tangguh dalam
berwirausaha serta potensial dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Dengan demikian wahana konsep ini selayaknya digunakan untuk menempa
bibit-bibit profesional menjurus ke jalur yang sudah diatur atau
ketentuan yang tidak dapat ditawar lagi. Beberapa indikator profesional
dalam bentuk keterampilan adalah sebagai berikut di bawah ini.
- Menekankan kepada produk/hasil,
- Pengetahuan profesionalisme menjadi model yang dicita-citakan,
- Obyektivitas dan latihan menjadi pengalaman batin yang terasah,
- Gaya penyampaian dan teknik profesional menjadi simbol konsep profesional,
- Prosedur imitatif, latihan, demonstrasi, dan unjuk kreativitas simbol profesionalismenya,
- Kemampuan, kemahiran, dan penampilan diri menjadi watak dan karakteristik konsep profesional mampu berkembang mandiri, dan berkelompok koloni.
- Karakteristik berproses dalam menghasilkan produk berkualitas adalah simbol pematangan diri dan penempaan mentalita pengalaman yang terasah dalam performa profesionalisme yang diidamkan.
- Profesionalisme yang dibina meliputi pelaku profesional, artis dan koreografer.
Itu tadi adalah sekilas penjelasan saya tentang
seni yang mudah mudahan akan bisa menambah wawasan teman teman tentang
seni. “Jadilah seniman yang baik, seniman yang baik tidak membutuhkan
alkohol untuk mendapatkan inspirasi”.
2. SENI KERAJINAN ANYAM
kerajinan anyaman Lombok yang terbuat dari berbagai jenis bahan baku
seperti bambu, rotan dan ate atau keta (sejenis rumput gunung).
Perpaduan antara seni kerajinan anyaman bambu, rotan atau rumput gunung
yang dikombinasikan dengan bahan kayu menghasilkan kombinasi berupa
barang kerajinan yang sangat serasi dan indah.
Sentuhan bahan pewarna yang umumnya mirip dengan warna alami dari
komponen bahan bakunya semakin menambah keindahan barang kerajinan khas
Pulau Lombok, provinsi NTB itu. Tidak mengherankan apabila kalangan
pecinta barang kerajinan dan barang seni selalu memburu barang kerajinan
anyaman khas Pulau Lombok, NTB itu, baik di berbagai ajang pameran
barang kerajinan maupun bertandang langsung ke sentra-sentra industri
kerajinan anyaman di NTB.
Menurut penuturan Murtimah, salah seorang pengusaha barang kerajinan
anyaman dari Pulau Lombok, NTB, industri kerajinan anyaman di Lombok
kini sudah cukup berkembang dan produknya sudah cukup dikenal kalangan
pecinta barang kerajinan dan barang seni, baik dari dalam maupun luar
negeri. Hal itu terjadi berkat kerja keras para perajin yang secara
terus menerus mengembangkan model-model baru barang kerajinan anyaman,
namun tetap tidak meninggalkan unsur seni dan budaya tradisional Lombok
yang merupakan ciri khas bagi setiap produk kerajinan tersebut.
Murtimah sendiri mengaku terjun di bidang usaha industri kerajinan
anyaman khas Pulau Lombok NTB sejak tahun 1998. Namun jauh sebelum itu,
yaitu sejak tahun 1988, Murtimah sudah berkecimpung dalam industri
kerajinan itu walaupun ketika itu masih bekerja pada orang lain. Dengan
berbekal pengetahuan dan pengalaman selama bekerja pada orang lain
itulah serta dengan modal usaha yang paspasan, Murtimah mulai membuka
usahanya sendiri pada tahun 1998 dengan mendirikan rumah produksi dan
galeri Wira Jagad Art Shop.
Ternyata, setahap demi setahap usaha industri barang kerajinannya
memperlihatkan kemajuan yang sangat signifikan. Bantuan modal kerja dari
perbankan pun mulai mengalir sejalan dengan terus berkembangnya usaha
industri barang kerajinan milik Murtimah. Kesempatan itu tidak
disia-siakan oleh Murtimah. Bantuan permodalan berupa pinjaman lunak
dari Bank Mandiri pun dia manfaatkan untuk mengembangkan usahanya agar
bisa tumbuh lebih besar lagi.
Kini Murtimah sudah berhasil memproduksi sekitar 350 model barang
kerajinan anyaman. Kadang-kadang Murtimah juga memperoleh pesanan
pembuatan barang kerajinan anyaman dari pembeli dengan desain yang sudah
dibuatkan oleh pihak pembeli. Namun tidak jarang juga pembeli
menyerahkan masalah desain tersebut kepada Murtimah sendiri.
Walaupun demikian, sebagian besar produksi barang kerajinan anyaman yang
dilakoni Murtimah umumnya dilakukan berdasarkan pesanan. Pesanan dari
Denpasar- Bali saja setiap bulannya mencapai Rp 100 juta dimana setiap
dua hari sekali barang kerajinan anyaman buatan Murtimah dikirim dari
Pulau Lombok NTB ke Bali.
Selain memasok barang kerajinan anyaman ke Bali, Murtimah juga secara
kontinyu mengirimkan barang kerajinan hasil produksinya ke berbagai
kota besar lainnya di tanah air seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan
sudah beberapa tahun terakhir ini Murtimah juga melakukan kegiatan
ekspor produknya ke Malaysia. Nilai ekspor produk barang kerajinan
anyaman Murtimah ke Malaysia rata-rata mencapai Rp 250 juta setiap
bulannya.
Biasanya pembeli dari Malaysia menentukan jenis barang yang akan
dibelinya apakah terbuat dari anyaman bambu, rotan atau ate. Namun
kebanyakan pembeli dari Malaysia memesan barang kerajinan anyaman yang
terbuat dari bambu. Tampaknya kalangan pembeli dan pecinta barang
kerajinan anyaman di Malaysia lebih menyukai anyaman dari bambu.
Murtimah dengan Wira Jagadnya rata-rata mampu memproduksi sekitar 10.000
unit barang kerajinan berukuran kecil setiap bulannya. Sedangkan untuk
barang kerajinan berukuran besar, Murtimah mampu mempoduksi sekitar
1.500 unit setiap bulannya. Bahan baku untuk pembuatan barang kerajinan
anyaman itu tidak sulit diperoleh karena umumnya material dasar untuk
pembuatan barang kerajinan anyaman tersedia cukup melimpah di wilayah
NTB.
Berbagai barang kerajinan anyaman produksi Murtimah biasanya dijual
dengan kisaran harga antara Rp 10.000 per unit sampai Rp 250.000 per
unit, tergantung kepada ukuran barang, model dan bahan.
Kini, selain memasarkan barang kerajinan anyaman yang dihasilkan dari
bengkel kerjanya sendiri, Murtimah juga memasarkan produk kerajinan
yang dihasilkan oleh para perajinan barang anyaman di wilayah NTB.
Murtimah menjalin kerjasama dengan 10 pedagang penampung yang
masing-masing membawahi sekitar 40 orang perajinan. Dengan demikian,
melalui jaringan usahanya itu, Murtimah berhasil mengkoordinasikan
sekitar 400 orang perajinan anyaman di NTB. Para perajin itu umumnya
mengerjakan kegiatan produksi barang kerajinannya sampai barang itu
menjadi barang setengah jadi, sedangkan tahap penyelesaian (finishing)
bisanya dikerjakan sendiri oleh perusahaan Wira Jagad milik Murtimah.
3. SENI KERAJINAN KERAMIK
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Kamus dan ensiklopedi tahun 1950-an mendefinisikan keramik/ceramic
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari
tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan
sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik(pernak pernik)
berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup
semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf,
1998:2).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik/ceramic yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik/pernak pernik
sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan
geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit
dengan sedikit elektron-elektron bebas.cari tahu di penjual keramik.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik
membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan
konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu
keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum
mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu kerajinan keramik
yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, dll.
Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware),
keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
Keramik halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah kerajinan keramik
yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti:
oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas,
semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis. (Joelianingsih,
2004)cari tahu tentang keramik pada penjual keramik.
Sifat Keramik
sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis
keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik
jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan
sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan
dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini
tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil
sintering, dan campuran sintering antara souvenir keramik
dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh
keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan
sampai dengan suhu 1200 C, souvenir keramik
engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000
C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang
membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.
4. SENI KERAJINAN UKIR
Sebelum membahas tentang seni ukir terlebih dahulu akan
di bahas apa itu ukir danpengertiannya
secara umum
UKIR
Ukir
~ Juru ( pandai, tukang )Contoh: Tukang Ukir : Orang
yang pekerjaannyamengukirMengukir
:
Menoreh ( menggores, memahat ) dsb.
untuk
membuat lukisan ( gambar ) pada kayu, batu, logam,dsb.Ukiran
:
(
ukiran-ukiran
)
hiasan yang terukir.Seni
Ukir
:
seni
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan
bagian-bagian cekung
(kruwikan)
danbagian-bagian cembung
(buledan)
yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian iniberkembang
hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar padakayu, batu, atau
bahan-bahan lain.Bangsa Indonesia mulai
mengenal ukir sejak zaman batu muda
(Neolitik),
yakni
sekitar tahun1500 SM. Pada zaman itu
nenekmoyang bangsa Indonesia telahmembuat ukiran pada kapakbatu, tempaan tanah
liat atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran padazaman
itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis,
titik, danlengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan
tanduk hewan Pada zamanyang lebih dikenal
sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. Bahanuntuk
membuat ukiran telah mengalami perkembangan yanitu menggunakan bahan
perunggu,emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah
menggunakan teknologicor. Motif-motif yang
di gunakanpada masa zaman perunggu adalah motif meander, tumpal,pilin
berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada
nekaraperunggu dari Gunung merapi dekat
Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyungperunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara
(moko dari Alor,NTT. Motif pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu
dari Jawa Barat dan pada bejanaperunggu
darikerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. NusaTenggara,
dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkanmuka dan mata orang yang memberi kekuatan magis
yang dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia
ditemukan pada nekara dari Sangean.
Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia,
seni ukir mengalami perkembanganyang sangat pesat, dalam bentuk desain
produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan padabadan-badancandi dan prasasti-prasasti yang
di buat orang pada masa itu untuk memperingatipara
raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan
tombak,batu nisan, masjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan
dan wayang. Motif ukiran, selainmenggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi
tentang kisah para dewa, mitos kepahlawanan,dll. Bukti-bukti sejarah
peninggalan ukiran pada periode tersebut dapat dilihat pada relief
candiPenataran di Blitar, candi Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah.Saat
sekarang ukir kayu dan logam mengalami perkembangan pesat. Dan fungsinyapun
sudahbergeser dari hal-hal yang berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat
penghias saja.padaukiran kayu meliputi motif Pejajaran, Majapahit, Mataram,
Pekalongan, Bali, Jepara, Madura,Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai
macam motif yang berasal dari luarJawa.
Motif-motif
KERAJINAN
Rajin
:
suka
dan giat bekerja, selalu berusaha, getol.
Kerajinan
:
hal
( sifat ) rajin, kegetolanContoh
:
Barang-barang
kerajinan
yaitu barang-barang hasil pekerjaan tangan.Jadi
dengan demikian yang dimaksud dengan
Kerajinan
Ukir
adalah barang-barangukiran atau hiasan yang
dihasilkan oleh seseorang yang dalamperwujudannyamemerlukan ketekunan, keterampilan, dan
perasaan seni dengan cara di toreh / dipahatdi atas kayu, batu, logam, gading,
dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan
kerajinan
ukir kayu
adalah
jenis kerajinan yang menggunakan teknik ukir pada bahan kayu.Sedangkan
teknik
ukir
adalah teknik pembuatan hiasan yang menggunakan alat
berupatatah
/ pahat ukir.
Seni
Ukir
merupakan gubahan dari bentuk-bentuk visual yang dalam
pengolahannyamempunyai
sifat kruwikan ( Jawa ) dengan susunan yang harmonis, sehingga memikikinilai estetis. Seni ukir diujudkan melalui bahan
kayu, logam, gading , batu dan bahan-bahan
lain yang memungkinkan untuk dikerjakan. Adapun bentuk-bentuk gubahantersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang
meliputi tumbuh-tumbuhan,binatang, awan, air, manusia, dsb.
Selanjutnya yang dimaksud dengan
kerajinan
adalah jenis kesenian yang menghasilkanberbagai
macam perabot, hiasan atau barang-barang yang artistik, terbuat dari kayu,
besi,porselin,
emas, gading, kain tenunan, dsb. Hasil dari suatu kerajinan tangan juga di
sebut
“
seniguna”
Sumber : http://ekokillimz.blogspot.com/2012/04/seni-kriya-adalah-cabang-seni-yang.html
Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan
yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata
“Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut
kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah
mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai
seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
Dalam pergulatan mengenai asal muasal kriya Prof. Dr. Seodarso Sp
dengan mengutif dari kamus, mengungkapkan “perkataan kriya memang belum
lama dipakai dalam bahasa Indonesia; perkataan kriya itu berasal dari
bahasa Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti; pekerjaan;
perbuatan, dan dari kamus Winter diartikan sebagai ‘demel’ atau membuat”. (Prof. Dr. Soedarso Sp, dalam Asmudjo J. Irianto, 2000)
Sementara menurut Prof. Dr. I Made Bandem kata “kriya” dalam bahasa
indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa
Inggris disebut craft berarti energi atau kekuatan. Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Dari tiga uraian ini dapat ditarik satu kata kunci yang dapat
menjelaskan pengertian kriya adalah; kerja, pekerjaan, perbuatan, yang
dalam hal ini bisa diartikan sebagai penciptaan karya seni yang didukung
oleh ketrampilan (skill) yang tinggi.
Seperti telah disinggung diawal bahwa istilah kriya digali khasanah
budaya Indonesia tepatnya dari budaya Jawa tinggi (budaya yang
berkembang di dalam lingkup istana pada sistem kerajaan). Denis Lombard
dalam bukunya Nusa Jawa: Silang budaya, menyatakan ‘istilah kriya yang
diambil dari kryan menunjukkan pada hierarki strata pada masa
kerajaan Majapahit, sebagai berikut; “Pertama-tama terdapat para mantri,
atau pejabat tinggi serta para arya atau kaum bangsawan, lalu para kryan yang
berstatus kesatriya dan para wali atau perwira, yang tampaknya juga
merupakan semacam golongan bangsawan rendah’. (Denis Lombard dalam Prof.
SP. Gustami, 2002)
Menyimak pendapat Prof. SP. Gustami yang menguraikan bahwa; seni
kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman
kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya
dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan
kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni
masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang
sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang
tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas.
Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan
pembuatnya.
Lebih lanjut Prof. SP. Gustami menjelaskan perbedaan antara kriya dan
kerajinan dapat disimak pada keprofesiannya, kriya dimasa lalu yang
berada dalam lingkungan istana untuk pembuatnya diberikan gelar Empu. Dalam perwujudannya sangat mementingkan nilai estetika dan kualitas skill. Sementara kerajinan yang tumbuh di luar lingkungan istana, si-pembuatnya disebut dengan Pandhe.
Perwujudan benda-benda kerajinan hanya mengutamakan fungsi dan kegunaan
yang diperuntukkan untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat
(rakyat). (Prof. SP. Gustami, 2002) Pengulangan dan minimnya pemikiran
seni ataupun estetika adalah satu ciri penanda benda kerajinan.
Pemisahan yang berdasarkan strata atau kedudukan tersebut
mencerminkan posisi dan eksistensi seni kriya di masa lalu. Seni kriya
bukanlah karya yang dibuat dengan intensitas rajin semata, di dalamnya
terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill yang
tinggi. Sedangkan kerajinan tumbuh atas desakan kebutuhan praktis
dengan mempergunakan bahan yang tersedia dan berdasarkan pengalaman
kerja yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Kembali ditegaskan oleh Prof. SP. Gustami: seni kriya adalah karya
seni yang unik dan punya karakteristik di dalamnya terkandung
muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus
fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya didukung craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (Prof. SP.Gustami, 1992:71).
Uraian tadi menyiratkan bahwa kriya merupakan cabang seni yang
memiliki muatan estetik, simbolik dan filosofis sehingga menghadirkan
karya-karya yang adiluhung dan munomental sepanjang jaman. Praktek kriya
pada masa lalu dibedakan dari kerajinan, kriya berada dalam lingkup
istana (kerajaan) pembuatnya diberi gelar Empu. Sedangkan kerajinan yang
berakar dari kata “rajin” berada di luar lingkungan istana, dilakoni
oleh rakyat jelata dan pembuatnya disebut pengerajin atau pandhe.
Dari beberapa pendapat yang telah dibahas sebelumnya menjelaskan
bahwa wujud awal seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai
(terapan). Praktek seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat
barang-barang fungsional, baik ditujukan untuk kepentingan keagamaan
(religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti;
perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada dari
artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada jaman batu serta
peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada jaman logam berupa;
nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan seperti; gelang,
kalung, cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi
upacara ritual adat (suku) serta kegiatan ritual yang bersifat
kepercayaan seperti; penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Masuknya agama Hindu dan Budha memberikan perubahan tidak saja dalam
hal kepercayaan, tetapi juga pada sistem sosial dalam masyarakat.
Struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta menimbulkan tingkatan
status sosial dalam masyarakat. Masuknya pengaruh Hindu–Budha di
Indonesia terjadi akibat asimilasi serta adaptasi kebudayaan Hindu-Budha
India yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta Hindu-Budha dari India
dengan kebudayaan prasejarah di Indonesia. Kedua sistem keagamaan ini
mengalami akulturasi dengan kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di
Indonesia yaitu pengkultusan terhadap arwah nenek moyang, dan
kepercayaan terhadap spirit yang ada di alam sekitar. Kemudian kerap
tumpang tindih dan bahkan terpadu ke dalam pemujaan-pemujaan sinkretisme
Hindu-Budha Indonesia. (Claire Holt diterjemahkan oleh RM. Soedarsono,
2000)
Tumbuh dan berkembangnya kebudayan Hindu-Budha di Indonesia kemudian
melahirkan kesenian berupa seni ukir dengan beraneka ragam hias, dan
patung perwujudan dewa-dewa. Dalam sistem sosial kemudian lahir sistem
pemerintahan kerajaan yang berdasarkan kepada kepercayaan Hindu seperti
kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan
Tarumanagara di Jawa Barat, Mataram Kuno Jawa Tengah. Hingga kerajaan
Majapahit di Jawa Timur dengan maha patih Gajah Mada yang tersohor, yang
kemudian membawa pengaruh Hindu ke Bali. Seni ukir tradisional masih
diwarisi hingga saat ini.
Peran seni kriyapun menjadi semakin berkembang tidak saja sebagai
komponen dalam hal kepercayaan/agama, namun juga menjadi konsumsi
golongan elit bangsawan yaitu sebagai penanda status kebangsawanan.
Kondisi tersebut menjadikan kriya sebagai seni yang bersifat elitis
karena menduduki posisi terhormat pada masanya, berbeda dengan kerajinan
yang cenderung tumbuh pada kalangan masyarakat biasa atau golongan
rendah.
Akan tetapi keadaannya berbeda pada masa modern, dimana tingkatan
sosial seperti pada masa kerajaan yang disebut “kasta” sudah tidak lagi
eksis. Kalaupun ada tingkatan sosial kini tidak lagi berdasarkan “kasta”
atau kebangsawanan yang dimiliki oleh seseorang, akan tetapi kemapanan
ekonomi kini menjadi penanda bagi status seseorang. Artinya tarap
ekonomi yang dimiliki seseorang dapat membedakan posisi mereka dari
orang lain, secara sederhana kekuasan sekarang ditentukan oleh kemampuan
ekonomi yang dimiliki seseorang. Dalam sistem masyarakat modern
kondisinya telah berubah kaum elit yang dulunya ditempati oleh kaum
bangsawan (ningrat), sekarang digantikan kalangan konglomerat (pemilik
modal). Kondisi ini membawa dampak bagi pada posisi kriya, karena kini
kriya mulai kehilangan struktur sosial yang menopang eksistensinya
seperti pada masa lalu.
Situasi ini menjadikan kriya tidak lagi menjadi seni yang spesial
karena posisi terhormatnya di masa lalu kini sudah terancam tidak eksis
lagi, kriya kini menjadi sebuah artefak warisan masa lalu. Terlebih lagi
dalam industri budaya seperti sekarang kedudukan kriya kini tidak lebih
sebagai obyek pasar, yang diproduksi secara masal dan diperjualbelikan
demi kepentingan ekonomi. Kriya kini mengalami desakralisasi dari posisi
yang terhormat di masa lalu, yang adiluhung merupakan artefak yang
tetap dihormati namun sekaligus juga direduksi dan diproduksi secara
terus-menerus.
Kehadiran kriya pada jenjang pendidikan adalah sebuah upaya
mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, untuk menjadikannya sebagai
seni yang masih bisa eksis dan terhormat sekaligus mampu menyesuaikan
diri dengan perkembangan jaman. Inilah tugas berat insan kriya kini.
Dalam perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman, konsep
kriyapun terus berkembang. Perubahan senantiasa menyertai setiap gerak
laju perkembangan zaman, praktek seni kriya yang pada awalnya sarat
dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya khususnya di akademis
seni kriya mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini
menjelma menjadi hanya pajangan semata dengan kata lain semata-mata seni
untuk seni. Pergerakan ini kemudian melahirkan kategori-kategori dalam
tubuh kriya, kategori tersebut antara lain kriya seni, dan desain kriya.
MACAM-MACAM SENI KERAJINAN
1. SENI KERAJINAN TANGAN
PENGERTIAN SENI KERAJINAN TANGAN
Cabang kesenian ini pada dasarnya memprioritaskan kepada keterampilan tangan dalam bentuk benda hasil kerajinan. Hal kerajinan tangan
mencakup unsur-unsur bordir, renda, seni lipat,seni dekoratif, serta
seni yang menekankan keterampilan tangan. Seni dan pengetahuan lain
dapat dipahami dan diketahui oleh pembaca dalam upaya pengembangan
kepribadian dan keanekaragaman. Dalam suatu kehidupan akan terasa hambar
dan gersang apabila kita tidak memiliki kesenian. Kesenian dapat
menyempitkan aspek budaya dan memperluas cakrawala serta keanekaragaman
pengetahuan seseorang. Secara aktual kesenian yang ada berwujud musik,
rupa, teater, dan tari secara multilingual, multikultural, dan
multidimensional.
Pada akhir ulasan ini dapat diakumulasi, mana
cabang seni yang paling kalian senangi. Coba berilah contoh salah satu
cabang seni yang paling kamu senangi dalam bentuk karya seni yang pernah
kalian buat atau kalian kenali.
Kegiatan kesenian yang terbungkus dalam pembuatan
seni berupa karya seni berhubungan dengan refleksi ide-ide, dan
tindakan-tindakan yang terkait dengan proses berkesinambungan.
Kegiatan
seni melibatkan beberapa aspek multilingual, multikultural dan
multidimensional mampu menjangkau secara luas atas beberapa hal yakni.
- Menyiapkan pendidikan yang sejajar,
- Mengembangkan pengetahuan berbagai budaya
- Memberikan nilai masyarakat, Mengenalkan budaya dalam dunia pendidikan, serta,
- Membantu pendidik dan terdidik mengembangkan perspektif multibudaya.
Dalam ranah khusus, konsep pengembangan
kewirausahaan menjadi konsep dasar pengembangan penulisan buku ini.
Sebagai bahan kajian, jawaban yang integral dapat menjembatani lahirnya
pengembangan kewirausahaan ke dalam pendidikan model profesional. Model
ini digunakan dalam pendidikan untuk mencetak profesionalisme penari
yang berkualitas, memiliki kompetensi, memiliki kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan profesionalismenya baik di depan umum maupun d
lingkup pendidikan formal yang dimiliki.
Model
profesional sebagai alat pengemban pendidikan di dalamnya memiliki
indikator yang dapat menjadi arah pelaku seni yang kompeten terhadap
penciptaan seni dan seperangkat keahlian dalam gaya, teknik, dan
metodologi yang dapat digunakan sebagai pendekatan keahlian yang
diterapkan. Konsep profesional ini dibekali dengan ide yang dibalut
kerja kreatif, jadwal terprogram, serta proses penuangan yang dilandasi
oleh profesionalisme sehingga pengalaman ke depan menjadi semakin
terasah. Penekanan kerja mandiri dan tindak kreatif yang terstruktur
menjadi kemampuan profesional menjadi semakin bertumpu pada landasan
yang kuat dan memadai. Dengan demikian proses ke depan terjadi simulasi
yang mengerucut dan mampu menjadikan seseorang yang mempelajari dengan
konsep profesional dapat menciptakan kewirausahaan secara jelas. Di sini
dibutuhkan penempaan yang memiliki landasan basis profesional sehingga
diharapkan memenuhi kebutuhan seorang profesional menjadi tangguh dalam
berwirausaha serta potensial dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Dengan demikian wahana konsep ini selayaknya digunakan untuk menempa
bibit-bibit profesional menjurus ke jalur yang sudah diatur atau
ketentuan yang tidak dapat ditawar lagi. Beberapa indikator profesional
dalam bentuk keterampilan adalah sebagai berikut di bawah ini.
- Menekankan kepada produk/hasil,
- Pengetahuan profesionalisme menjadi model yang dicita-citakan,
- Obyektivitas dan latihan menjadi pengalaman batin yang terasah,
- Gaya penyampaian dan teknik profesional menjadi simbol konsep profesional,
- Prosedur imitatif, latihan, demonstrasi, dan unjuk kreativitas simbol profesionalismenya,
- Kemampuan, kemahiran, dan penampilan diri menjadi watak dan karakteristik konsep profesional mampu berkembang mandiri, dan berkelompok koloni.
- Karakteristik berproses dalam menghasilkan produk berkualitas adalah simbol pematangan diri dan penempaan mentalita pengalaman yang terasah dalam performa profesionalisme yang diidamkan.
- Profesionalisme yang dibina meliputi pelaku profesional, artis dan koreografer.
Itu tadi adalah sekilas penjelasan saya tentang
seni yang mudah mudahan akan bisa menambah wawasan teman teman tentang
seni. “Jadilah seniman yang baik, seniman yang baik tidak membutuhkan
alkohol untuk mendapatkan inspirasi”.
2. SENI KERAJINAN ANYAM
kerajinan anyaman Lombok yang terbuat dari berbagai jenis bahan baku
seperti bambu, rotan dan ate atau keta (sejenis rumput gunung).
Perpaduan antara seni kerajinan anyaman bambu, rotan atau rumput gunung
yang dikombinasikan dengan bahan kayu menghasilkan kombinasi berupa
barang kerajinan yang sangat serasi dan indah.
Sentuhan bahan pewarna yang umumnya mirip dengan warna alami dari
komponen bahan bakunya semakin menambah keindahan barang kerajinan khas
Pulau Lombok, provinsi NTB itu. Tidak mengherankan apabila kalangan
pecinta barang kerajinan dan barang seni selalu memburu barang kerajinan
anyaman khas Pulau Lombok, NTB itu, baik di berbagai ajang pameran
barang kerajinan maupun bertandang langsung ke sentra-sentra industri
kerajinan anyaman di NTB.
Menurut penuturan Murtimah, salah seorang pengusaha barang kerajinan
anyaman dari Pulau Lombok, NTB, industri kerajinan anyaman di Lombok
kini sudah cukup berkembang dan produknya sudah cukup dikenal kalangan
pecinta barang kerajinan dan barang seni, baik dari dalam maupun luar
negeri. Hal itu terjadi berkat kerja keras para perajin yang secara
terus menerus mengembangkan model-model baru barang kerajinan anyaman,
namun tetap tidak meninggalkan unsur seni dan budaya tradisional Lombok
yang merupakan ciri khas bagi setiap produk kerajinan tersebut.
Murtimah sendiri mengaku terjun di bidang usaha industri kerajinan
anyaman khas Pulau Lombok NTB sejak tahun 1998. Namun jauh sebelum itu,
yaitu sejak tahun 1988, Murtimah sudah berkecimpung dalam industri
kerajinan itu walaupun ketika itu masih bekerja pada orang lain. Dengan
berbekal pengetahuan dan pengalaman selama bekerja pada orang lain
itulah serta dengan modal usaha yang paspasan, Murtimah mulai membuka
usahanya sendiri pada tahun 1998 dengan mendirikan rumah produksi dan
galeri Wira Jagad Art Shop.
Ternyata, setahap demi setahap usaha industri barang kerajinannya
memperlihatkan kemajuan yang sangat signifikan. Bantuan modal kerja dari
perbankan pun mulai mengalir sejalan dengan terus berkembangnya usaha
industri barang kerajinan milik Murtimah. Kesempatan itu tidak
disia-siakan oleh Murtimah. Bantuan permodalan berupa pinjaman lunak
dari Bank Mandiri pun dia manfaatkan untuk mengembangkan usahanya agar
bisa tumbuh lebih besar lagi.
Kini Murtimah sudah berhasil memproduksi sekitar 350 model barang
kerajinan anyaman. Kadang-kadang Murtimah juga memperoleh pesanan
pembuatan barang kerajinan anyaman dari pembeli dengan desain yang sudah
dibuatkan oleh pihak pembeli. Namun tidak jarang juga pembeli
menyerahkan masalah desain tersebut kepada Murtimah sendiri.
Walaupun demikian, sebagian besar produksi barang kerajinan anyaman yang
dilakoni Murtimah umumnya dilakukan berdasarkan pesanan. Pesanan dari
Denpasar- Bali saja setiap bulannya mencapai Rp 100 juta dimana setiap
dua hari sekali barang kerajinan anyaman buatan Murtimah dikirim dari
Pulau Lombok NTB ke Bali.
Selain memasok barang kerajinan anyaman ke Bali, Murtimah juga secara
kontinyu mengirimkan barang kerajinan hasil produksinya ke berbagai
kota besar lainnya di tanah air seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan
sudah beberapa tahun terakhir ini Murtimah juga melakukan kegiatan
ekspor produknya ke Malaysia. Nilai ekspor produk barang kerajinan
anyaman Murtimah ke Malaysia rata-rata mencapai Rp 250 juta setiap
bulannya.
Biasanya pembeli dari Malaysia menentukan jenis barang yang akan
dibelinya apakah terbuat dari anyaman bambu, rotan atau ate. Namun
kebanyakan pembeli dari Malaysia memesan barang kerajinan anyaman yang
terbuat dari bambu. Tampaknya kalangan pembeli dan pecinta barang
kerajinan anyaman di Malaysia lebih menyukai anyaman dari bambu.
Murtimah dengan Wira Jagadnya rata-rata mampu memproduksi sekitar 10.000
unit barang kerajinan berukuran kecil setiap bulannya. Sedangkan untuk
barang kerajinan berukuran besar, Murtimah mampu mempoduksi sekitar
1.500 unit setiap bulannya. Bahan baku untuk pembuatan barang kerajinan
anyaman itu tidak sulit diperoleh karena umumnya material dasar untuk
pembuatan barang kerajinan anyaman tersedia cukup melimpah di wilayah
NTB.
Berbagai barang kerajinan anyaman produksi Murtimah biasanya dijual
dengan kisaran harga antara Rp 10.000 per unit sampai Rp 250.000 per
unit, tergantung kepada ukuran barang, model dan bahan.
Kini, selain memasarkan barang kerajinan anyaman yang dihasilkan dari
bengkel kerjanya sendiri, Murtimah juga memasarkan produk kerajinan
yang dihasilkan oleh para perajinan barang anyaman di wilayah NTB.
Murtimah menjalin kerjasama dengan 10 pedagang penampung yang
masing-masing membawahi sekitar 40 orang perajinan. Dengan demikian,
melalui jaringan usahanya itu, Murtimah berhasil mengkoordinasikan
sekitar 400 orang perajinan anyaman di NTB. Para perajin itu umumnya
mengerjakan kegiatan produksi barang kerajinannya sampai barang itu
menjadi barang setengah jadi, sedangkan tahap penyelesaian (finishing)
bisanya dikerjakan sendiri oleh perusahaan Wira Jagad milik Murtimah.
3. SENI KERAJINAN KERAMIK
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Kamus dan ensiklopedi tahun 1950-an mendefinisikan keramik/ceramic
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari
tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan
sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik(pernak pernik)
berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup
semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf,
1998:2).
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik/ceramic yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik/pernak pernik
sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan
geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit
dengan sedikit elektron-elektron bebas.cari tahu di penjual keramik.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik
membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan
konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu
keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum
mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu kerajinan keramik
yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, dll.
Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware),
keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
Keramik halus
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah kerajinan keramik
yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti:
oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas,
semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis. (Joelianingsih,
2004)cari tahu tentang keramik pada penjual keramik.
Sifat Keramik
sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis
keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik
jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan
sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan
dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini
tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil
sintering, dan campuran sintering antara souvenir keramik
dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh
keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan
sampai dengan suhu 1200 C, souvenir keramik
engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000
C. kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang
membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.
4. SENI KERAJINAN UKIR
Sebelum membahas tentang seni ukir terlebih dahulu akan
di bahas apa itu ukir danpengertiannya
secara umum
UKIR
Ukir
~ Juru ( pandai, tukang )Contoh: Tukang Ukir : Orang
yang pekerjaannyamengukirMengukir
:
Menoreh ( menggores, memahat ) dsb.
untuk
membuat lukisan ( gambar ) pada kayu, batu, logam,dsb.Ukiran
:
(
ukiran-ukiran
)
hiasan yang terukir.Seni
Ukir
:
seni
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan
bagian-bagian cekung
(kruwikan)
danbagian-bagian cembung
(buledan)
yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian iniberkembang
hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar padakayu, batu, atau
bahan-bahan lain.Bangsa Indonesia mulai
mengenal ukir sejak zaman batu muda
(Neolitik),
yakni
sekitar tahun1500 SM. Pada zaman itu
nenekmoyang bangsa Indonesia telahmembuat ukiran pada kapakbatu, tempaan tanah
liat atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran padazaman
itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis,
titik, danlengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan
tanduk hewan Pada zamanyang lebih dikenal
sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. Bahanuntuk
membuat ukiran telah mengalami perkembangan yanitu menggunakan bahan
perunggu,emas, perak dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah
menggunakan teknologicor. Motif-motif yang
di gunakanpada masa zaman perunggu adalah motif meander, tumpal,pilin
berganda, topeng, serta binatang maupun manusia. Motif meander ditemukan pada
nekaraperunggu dari Gunung merapi dekat
Bima. Motif tumpal ditemukan pada sebuah buyungperunggu dari kerinci Sumatera Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara
(moko dari Alor,NTT. Motif pilin berganda ditemukan pada nekara perunggu
dari Jawa Barat dan pada bejanaperunggu
darikerinci, Sumatera. Motif topeng ditemukan pada leher kendi dari Sumba. NusaTenggara,
dan pada kapak perunggu dari danau Sentani, Irian Jaya. Motif ini menggambarkanmuka dan mata orang yang memberi kekuatan magis
yang dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia
ditemukan pada nekara dari Sangean.
Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk ke Indonesia,
seni ukir mengalami perkembanganyang sangat pesat, dalam bentuk desain
produksi, dan motif. Ukiran banyak ditemukan padabadan-badancandi dan prasasti-prasasti yang
di buat orang pada masa itu untuk memperingatipara
raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan
tombak,batu nisan, masjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan
dan wayang. Motif ukiran, selainmenggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi
tentang kisah para dewa, mitos kepahlawanan,dll. Bukti-bukti sejarah
peninggalan ukiran pada periode tersebut dapat dilihat pada relief
candiPenataran di Blitar, candi Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah.Saat
sekarang ukir kayu dan logam mengalami perkembangan pesat. Dan fungsinyapun
sudahbergeser dari hal-hal yang berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat
penghias saja.padaukiran kayu meliputi motif Pejajaran, Majapahit, Mataram,
Pekalongan, Bali, Jepara, Madura,Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai
macam motif yang berasal dari luarJawa.
Motif-motif
KERAJINAN
Rajin
:
suka
dan giat bekerja, selalu berusaha, getol.
Kerajinan
:
hal
( sifat ) rajin, kegetolanContoh
:
Barang-barang
kerajinan
yaitu barang-barang hasil pekerjaan tangan.Jadi
dengan demikian yang dimaksud dengan
Kerajinan
Ukir
adalah barang-barangukiran atau hiasan yang
dihasilkan oleh seseorang yang dalamperwujudannyamemerlukan ketekunan, keterampilan, dan
perasaan seni dengan cara di toreh / dipahatdi atas kayu, batu, logam, gading,
dsb. Sedangkan yang dimaksud dengan
kerajinan
ukir kayu
adalah
jenis kerajinan yang menggunakan teknik ukir pada bahan kayu.Sedangkan
teknik
ukir
adalah teknik pembuatan hiasan yang menggunakan alat
berupatatah
/ pahat ukir.
Seni
Ukir
merupakan gubahan dari bentuk-bentuk visual yang dalam
pengolahannyamempunyai
sifat kruwikan ( Jawa ) dengan susunan yang harmonis, sehingga memikikinilai estetis. Seni ukir diujudkan melalui bahan
kayu, logam, gading , batu dan bahan-bahan
lain yang memungkinkan untuk dikerjakan. Adapun bentuk-bentuk gubahantersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang
meliputi tumbuh-tumbuhan,binatang, awan, air, manusia, dsb.
Selanjutnya yang dimaksud dengan
kerajinan
adalah jenis kesenian yang menghasilkanberbagai
macam perabot, hiasan atau barang-barang yang artistik, terbuat dari kayu,
besi,porselin,
emas, gading, kain tenunan, dsb. Hasil dari suatu kerajinan tangan juga di
sebut
“
seniguna”
Sumber : http://ekokillimz.blogspot.com/2012/04/seni-kriya-adalah-cabang-seni-yang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar